Menghadiri Rakornas Penanggulangan Bencana 2019 di Surabaya di buka oleh Bapak Presiden Jokowi di hadiri oleh ka. BNPB, Kementerian Pusat, TNI, Polri, Pangdam dan kepala BPBD seluruh indonesia
Senin - 02 Februari 2019, 00:00:00 WIB
Rakornas BNPB
Surabaya, 02 Februari 2019
Tema : Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita
Laporan Kepala BNPB
1. Rakornas PB Tahun 2019
2. Melakukan sinkronisasi program, penyamaan persepsi, dan gerak langkah antara pusat dan daerah.
3. Tujuan : penyamaan visi misi dan gerak langkah dalam menghadapi bencana, pendalaman sistem informasi berbagai jenis bencana oleh para ahli dalam tim intelijen, penerapan SPM bidang PB di Kab/Kota, tantangan dan kebijakan baru RPJMN 2020-2024, sinkronisasi program dan integrasi sistem peringatan dini PB yang komprehensif dan berkelanjutan.
4. Beberapa menteri akan memberikan pengarahan.
5. Peserta lebih dari 4.000 dari seluruh provinsi Indonesia : K/L, dubes, gub/bup/wal, BPBD, Bappeda, Tokoh Agama, Akademisi, TNI/Polri, LSM, Pelaku Usaha dst.
Sambutan dan Pembukaan Presiden RI :
1. Forum ini sangat strategis dalam mengkoordinasikan dan mengkosolidasikan kekuatan yang dimiliki dalam kebencanaan. Beberapa perintah Presiden :
2. *Pertama* perencanaan, rancangan, pembangunan di daerah, berkaitan dengan gubernur, bupati, walkot, bappeda, harus dimulai karena di Indonesia berada di cincin api.
3. Setiap rancangan pembangunan ke depan harus dilandaskan pada aspek-aspek pengurangan risiko bencana. Bappeda harus paham hal ini, di mana daerah yang boleh dan tidak boleh diperbolehkan. Rakyat betul-betul dilarang untuk masuk ke dalam tata ruang yang memang sudah diberi tanda merah. Mereka harus taat dan patuh kepada tata ruang.
4. Bencana selalu berulang, tempatnya berada di situ saja. Misalnya di NTB, tahun 1978 ada, di Palu juga terjadi sebelumnya. Ada siklus bencana, sehingga jika ada ruang atau tempat yang berbahaya jangan diperbolehkan pembangunan.
5. Bappeda juga diajak untuk membangun bangunan tahan gempa jika berada di daerah rawan gempa.
6. *Kedua* pelibatan akademisi, pakar-pakar kebencanaan untuk meneliti, melihat, mengkaji, titik mana yang sangat rawan bencana harus dilakukan secara masif. Agar mampu memprediksi ancaman dan mengantisipasi serta mengurangi dampak bencana. Libatkan akademisi dan pakar-pakar, jangan bekerja saat terjadi bencana. Pakar di Indonesia meskipun tidak banyak tetapi ada, sehingga kita mengetahui adanya megathrust, pergeseran lempeng dan lain-lain.
7. Setelah pakar berbicara, kemudian disosialisasikan kepada masyarakat.
8. *Ketiga* apabila ada kejadian bencana, maka otomatis gubernur akan menjadi komandan satgas darurat bersama pangdam dan kapolda menjadi wakil komandan satgas. Jangan dikit-dikit naik ke pusat.
9. *Keempat* pembangunan sistem peringatan dini yang terpadu berbasiskan rekomendasi dari pakar harus dipakai, termasuk hingga ke level daerah.
10. Kepala BNPB mengkoordinasikan K/L terkait agar sistem peringatan dini segera terwujud dan kita pelihara/rawat. Belajar dari Jepang, tidak panik saat gempa, baru berlari ketika ada sirine dan mengetahui jalur evakuasi.
11. *Kelima* lakukan edukasi kebencanaan dimulai tahun ini, di daerah rawan bencana kepada sekolah melalui guru dan para pemuka agama. Oleh karena itu, papan peringatan diperlukan, rute-rute evakuasi diperlukan, segera dikerjakan agar ada kejelasan ke mana evakuasi harus dilakukan.
12. *Keenam* lakukan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala dan teratur untuk mengingatkan masyarakat kita secara berkesinambungan sampai ke tingkat RT/RW, sehingga masyarakat kita betul-betul siap menghadapi bencana.
13. Gempa bukan hanya tsunami, banjir, tanah longsor, gempabumi dll, tetapi yang banyak menelan korban adalah gempabumi.
14. Dari Kota Palu, Presley Tampubolon, Apa yang paling sulit saat terjadi gempa di Palu pada hari pertama : menertibkan para pengungsi di shelter yang terkumpul karena mengambil tempat ke mana mereka melakukan evakuasi, tenda-tenda berada di tempat tertentu.
15. Apa yang paling sulit di hari pertama : koordinasi. Di hari-hari pertama, kedua, ketiga, adalah mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan semua pihak terkait di lokasi bencana karena semua orang masing shock.
16. Apa yang harus dikonsolidasikan saat hari-hari pertama kejadian bencana? Hal itu menjadi tugas Pak Doni.
17. Bu Tuti, Bappeda Lhokseumawe, apa rancangan yang sudah dilakukan oleh Bappeda untuk menghadapi tsunami di Aceh? Belum
18. Dengan kejadian itu, bagaimana Bappeda merancang dan ke depan? Merancang jalur evakuasi dan bangunan untuk melakukan penyelamatan dari tsunami.
19. Artinya bangunan yang rawan di bibir pantai ada atau tidak ada sekarang? Di Kota Lhokseumawe tidak diizinkan dengan jarak 100 meter dari pantai.
20. Terlalu dekat, kata Presiden, perlu memulai pembicaraan mengenai perencanaan tata ruang di daerah bencana dan harus berani berkata tidak untuk mengurangi korban yang terlalu banyak.
21. Kita seringkali ketinggalan dari masyarakat, karena perencanaan belum ada, tapi masyarakat sudah tinggal di sana. Tetapi kita harus tegas dan tidak seperti dulu.
22. Kita harus kerja cepat dan tidak bisa lagi kerja lambat.
23. Sekali lagi harus mengkonsolidasikan dan mengkoordinasikan semua kekuatan yang dimiliki dalam rangka manajemen bencana di setiap peristiwa yang terjadi di manapun di Indonesia.
Write a Facebook Comment